Masa Covid-19, Petani Perhutanan Sosial Makin Rajin Kerja di Hutan
Oleh: Gamin – Widyaiswara Pusdiklat SDM LHK-Fasilitator Pelatihan Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Ijin Angkatan IV Gelombang V.
Untuk mengondisikan dan mengetahui kondisi petani perhutanan sosial, para peserta pelatihan Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Ijin Angkatan XIV Gelombang V diberikan mata pelatihan awal yakni Prakondisi Petani Perhutanan Sosial. Bu Swary Utami Dewi, S.Sos., MA,-Tim Percepatan Perhutanan Sosial yang yang akrab disapa Bu Tamy, mengawali materi hari pertama (Selasa 9/6/2020) dengan mengondisikan psikologi para peserta pelatihan dengan mendiskusikan materi Prakondisi Petani Hutan. Di sini Bu Tamy menyampaikan bahwa kegiatan perhutanan sosial ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Pada saat menteri kehutanannya Pak MS Kaban, perhutanan sosial ini juga sudah ada. Di jaman sekarang hal ini digelorakan lagi dengan semangat untuk memberikan akses luas lahan kepada rakyat.
Ada tiga hal penting yang perlu diobrolkan dengan para petani peserta pelatihan yang telah memiliki legalitas akses perhutanan sosial ini, yakni pencegahan kebakaran hutan dan lahan, penanganan pandemi Covid-19, dan kebutuhan petani dalam pelaksanaan perhutanan sosial. Mengapa perlu ngobrolin masalah kebakaran hutan dan lahan? Karena pemegang IPHPS dan Kulin KK memiliki kewajiban untuk menjaga areal kerjanya termasuk dari bahaya kebakaran hutan dan lahan. Perhatian bukan hanya pada lahan sendiri dan kelompok saja perihal kebakaran ini. Jika ada potensi kebakaran dari lahan di dekatnya meskipun bukan lahan kelolanya bahkan di luar kawasan hutan tetap harus dijaga agar tidak sampai merambat ke wilayah garapannya. Bagaimana cara mengatasi kebakaran hutan dan lahan? Bu Tami dengan sederhana namun jelas memberikan gambaran mengenai segitiga api, yakni api, bakaran, dan oksigen (udara). Api adalah sumber api bisa dari percikan atau sumber api lain. Bahan bakaran maksudnya adalah bahan yang mudah terbakar seperti rumput, kayu kering, serasah, dan sebagainya. Sedangkan oksigen adalah udara, bahan gas bahkan tidak hanya oksigen tapi bahan gas lain juga dapat menunjang terjadinya api. Untuk menghindari terjadinya kebakaran tidak lain adalan menghindari bertemunya tiga unsur tersebut. Bagaimana memadamkannya bila sudah terjadi? Caranya adalah dengan memutus atau menghilangkan salah satu unsur tersebut baik api, bakaran, ataupun udara. Sebagai contoh bila terjadi kebakaran kompor di dapur, hal yang paling cepat dilakukan adalah menutupi api menggunakan handuk atau lap yang dibasahi air. Upaya ini adalah meniadakan oksigen, salah satu unsur dari segitiga api. Bila terjadi di hutan yang dapat dilakukan diantaranya bisa berupa menjauhkan atau meniadakan sumber bakarannya.
Bagaimana kalau api sangat besar, dan lahan terjal? Tidak semua pekerjaan pemadaman kebakaran harus dilakukan sendiri. Bila sekiranya sudah tidak mampu harus segera mencari bantuan. Oleh karena itu mempelajari karakteristik api dengan segala tekniknya sebaiknya para anggota kelompok tani dapat berdiskusi dan berkoordinasi bersama-sama mengatur strategi mengendalikan api. Membentuk tim pengengali kebakaran dan menyepakati prosedur kerja adalah penting bagi pengelola kawasan IPHPS.
Dalam masa pandemi Covid-19 ini semua unsur masyarakat, termasuk masyarakat petani hutan yang sedang mengikuti pelatihan, wajib adanya menyukseskan pengendalian sebaran virus Covid-19. Mengapa pelatihan dilakukan secara daring jarak jauh? Tiada lain adalah dalam rangka membatasi pergerakan guna meminimalisasi sebaran Covid-19. Protokol kesehatan harus selalu dilakukan bagi kita yang terpaksa harus melakukan pergerakan. Selalu menggunakan masker, sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menerapkan pola hidup sehat adalah hal yang harus diketahui dan dilakukan semua warga termasuk para anggota kelompok tani hutan.
Para pengelola lahan perhutanan sosial ini merasa masa pandemi Covid-19 ini dilapangan dapat dimaknai semakin intensif pergi ke ladang. Karena dengan pergi dan bekerja di ladang dengan sendirinya telah menjauhkan diri dari kerumunan di kampung. Di ladang petani dapat bekerja sehingga lahan produktif, badan menjadi lebih sehat, dan lahan terjaga dari kebakaran. Demikian dinyatakan oleh Pak Andik Widodo-salah satu peserta pelatihan dari Gapoktanhut Purwo Maju Sejahtera. Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh penulis.***