Bogor, Indonesia
+6281324381679
gamingessa@gmail.com; gamin@gamin.id

ROTI-Return on Training Investment

The Learners Corner

ROTI-Return on Training Investment

Mengapa penasaran?

Satu malam berlalu saya dihubungi oleh Kepala Bidang di Kantor saya. Beliau menanyakan apakah ada rekan Widyaiswara yang dapat ke Bandung keesokan harinya untuk belajar terikait ROTI. Berputar di benak saya, roti macam apa yaa… hehe. Namun ketika mengingat beberapa obrolan terkait pelatihan menguat ke model evaluasi gitu dech. Pun teringat pada laman hasil-hasil peserta kegiatan #INSPIRAJFAWARDS2025 yang diselenggarakan Lembaga Administrasi Negara ada satu tema yang diusung oleh Pak Mardial, dengan akun instagram @dial007m, tentang ROTI ini. Saya bersedia berangkat untuk lebih tahu apa itu gerangan ROTI.

Pencarian informasi

Apa itu gerangan ROTI, maka saya mulai mencari informasi melalui berbagai referensi baik digital maupun faktual. Pencarian pada dunia instagram, youtube, dan dunia nyata dilakukan.

Dunia Instagram

Pencarian pada dunia instagram saya lakukan malam itu setelah mendapat telepon. Aku buka karya rekan jabatan fungsional Pak Mardial-Analis Pengembangan Kompetensi ASN Ahli Madya pada Kementerian Keuangan. Pada narasi di instagramnya @dial007m beliau menulis bahwa “Implementasi ROTI menunjukkan adanya link and match antara desain pelatihan yang baik dengan kinerja individu dan kinerja organisasi yang dihasilkan dari pelatihan. Dengan adanya link and match maka pelatihan tersebut disimpulkan sangat efektif karena membuahkan hasil dari pelatihan. Hal ini menegaskan pentingnya desain pelatihan berbasis dampak (impact-based training design) dan pengukuran kinerja berbasis nilai (value-based performance measurement) dalam mendukung akuntabilitas dan efektivitas pelatihan.” Tulisan pak Mardial diberi judul: Cara Mengukur Efektivitas Pelatihan dapat diklik pada Instagram. Berikutnya bergeser pada konten youtube.

Dunia Youtube

Pencarian di dunia youtube saya lakukan di sepanjang perjalanan Bogor-Bandung. Disamping driver yang konsentrasi mengantarkan kami, saya mulai menyiapkan headset dan tentu telepon genggam dan kuota. Perihal batre tentu malam sebelumnya telah diisi kenyang, plus cadangan energi pada power bank. Pencarian informasi di channel youtube aku pilih karena konten youtube dapat diikuti dengan mendengarkan suaranya, plus sesekali lihat videonya. Kalau pencarian berupa teks, rasanya agak pusing kalau membacanya di atas kendaraan bergerak. Tentu belajar sambil berjalan kulakukan dengan menyesuaikan diantara obrolan dengan rekan seperjalanan. Ketika sebagian rekan mulai lelah dan mengantuk, kecuali pak driver yang anti ngantuk, saya mulai mengeraskan ceramah-ceramah para youtuber terkait ROTI. Banyak juga konten ROTI pada youtube. Namun yang banyak viewernya diantaranya juga para pejabat fungsional Widyaiswara, kayak saya….. He he… kok ikut-ikutan bangga padahal yang berkarya rekannya. Bagaimana kata kunci untuk mendapatkan konten roti ini?

Awalnya pelacakan menggunakan kata kunci “roti”. Maka yang keluar benar benar tentang roti-makanan baik resep roti maupun promo jenis-jenis roti, ntar jadi ingin makan roti. Lalu kuganti pelacakan di youtube dengan “return on training investment-roti” barulah menemukan konten-konten yang membahas hal evaluasi pelatihan ini. Ada akun youtube @pusdiklat bea cukai, @hari subagya yang berbahasa Indonesia. Yang lain banyak namun berbahasa Inggris. Dan yang berbahasa inggris ditemukan lebih banyak dengan judul kontennya adalah ROI atau return on investment. Nampaknya lebih umum, tidak hanya semata terkait pelatihan. Untuk melengkapi pencarian digital saya dan robongan ngobrol banyak dengan narasumber di dunia nyata.

Dunia Nyata

Untuk narasumber di dunia nyata, kami mengunjungi kantor Lembaga Administrasi Negara di Jatinangor-Bandung. Di sana pimpinan rombongan kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kepada Kepala Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Talenta ASN Nasional (Pusjar SKTAN). Kami mendapatkan banyak gambaran apa itu ROTI dan bagaimana menggunakannya dalam konteks evaluasi tentang pertanggungjawaban terhadap investasi yang dikeluarkan negara melalui pelatihan. Dari hasil pelacakan referensi digital dan obrolan dengan Kapusjar SKTAN kami peroleh catatan bahwa Return On Training Investment atau ROTI sebagaimana pada uraian berikut ini.

Apa Itu RoTI?

Istilah lebih spesifik dari ROI

Hasil pelacakan dan diskusi langsung dengan narasumber diperoleh catatan bahwa secara umum sebenarnya istilah Return On Investment lebih mudah dikenal. Hal ini mengingat kembalinya investasi ini terbuka untuk berbagai bidang bisnis yang luas. Untuk mengetahui feedback investasi dari suatu pelatihan barulah dikenal kemudian Training ROI atau Training Return On Investment. Istilah lain dari Training ROI ini kemudian dikenal dengan Return On Training Investment-RoTI. RoTI dinyatakan dalam prosen. Ilustrasi ROI dari Daniel dalam artikel Menghitung ROI dan Resiko Saham adalah sebagai berikut:

Formula RoTI

Formula RoTI adalah = [(Benefit-Cost)/Cost] x 100%. Dimana: Benetif adalah nilai keuntungan, Cost adalah Biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan.

Persoalannya adalah menguantifikasi hasil akhir dari pelatihan yang telah dibiayai. Pelatihan-pelatihan yang dengan mudah diukur produknya misalnya hasil pelatihan dalam meningkatkan volume penjualan, hasil pelatihan dalam kinerjanya mengurangi luas kebakaran hutan relatif mudah diterapkan menghitung RoTI. Namun pelatihan yang hasilnya merupakan perilaku yang dapat didekati dengan menanyakan persepsi, relatif tidak mudah untuk mendapatkan angka benefit akhir dari suatu investasi pelatihan.

Jadi RoTI lebih kepada mempertanggungjawabkan pengeluaran yang dilakukan untuk melaksanakan pelatihan terhadap dampak terhadap investor atau pihak yang membiayai pelatihan tersebut. Jika lembaga organisasi berupa negara, maka negara perlu diyakinkan seberapa besar dampak dari invstasi biaya peningkatan kompetensi dalam mencapai kinerja negara melalui sektor yang pegawainya dilatih.

RoTI dapat diterapkan sebagai lanjutan dari evaluasi pelatihan model Kirkpatrick yang memiliki 4 (empat) level. Empat level menurut Kirkpatrick adalah: reaksi, pembejaran, perilaku, dan hasil. Sehingga RoTI adalah lanjutan ke level 5. Tentu evaluasi Kirkpatrick perlu dilakukan terlebih dahulu untuk kemudian diketahui dampak pelatihan dengan pendekatan RoTI.

Baca: KIRKPATRICK MODEL TRAINING EVALUATION TRAINING FOR ESTABLISHING FOREST ECOSYSTEMS MINISTRY OF ENVIRONMENT AND FORESTRY atau pada link disini.

Evaluasi pendekatan RoTI dapat juga dianggap sebagai pelaksanaan level 3 dan level 4 Kirkpatrick. Ketepatan dalam penentuan responden menjadi penting dalam memperoleh persepsi hasil pelatihan. Atasan langsung, rekan sejawat, alumni pelatihan, bawahan, dan klien yang mendapatkan layanan alumni pelatihan adalah pilihan yang baik.

Baca Juga: Menguji Kematangan ASN Corporate University: Dari Program Pelatihan Menuju Dampak Nyata Belajar Jujur dari Laree Kielly tulusan Dr. Bayu Hikmat Purwana

Mengandalkan hasil RoTI hanya dari survey tidaklah terlalu bijaksana. Kombinasi beberapa metode terutama untuk memalidasi dampak nyata di lapangan terhadap kinerja organisasi adalah lebih baik. Hal ini menambah keyakinan ketika menganalisis hasil atau manfaat yang diperoleh dari suatu investasi pelatihan.

Kesimpulan

Mengklasifikasikan pelatihan-pelatihan yang telah dilaksanakan ke dalam kelompok hasilnya dapat didekati dari produktivitas atau dari persepsi adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan evaluasi RoTI. Mastikan tujuan dari evaluasi dan ukuran capaian yang harus diperoleh adalah langkah berikutnya sebelum menyusun instrumen evaluasi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *