Mindset Shifting
Oleh: Gamin

Mindset Shifting, itulah pelajaran bagi saya dua hari terakhir ini. Dua hari terakhir ini saya mengikuti tiga webinar yang melibatkan lintas instansi baik platform pemerintah maupun non pemerintah, bahkan profesi individu. Ada “dentuman” besar dalam diri saya, terutama sebagai ASN, ketika mendengar langkah-langkah kerja organisasi para narasumber yang telah berjalan mengikuti irama teknologi 4.0 yakni Kementerian Keuangan, Badan Pengawasn Keuangan dan Pembangunan-BPKP, Lembaga Administrasi Negara (LAN), PT. Telkom, serta ada tokoh individu.
Dentuman apa yang saya rasakan? Dentuman yang membangunkan cara berfikir yang mempengaruhi cara bekerja. Bukan hanya secara individu tentunya kemudian akan berimbas ke organisasi. Selama ini saya, sebagai pejabat fungsional, merasa sudah lebih berfikir kreatif meski tetap dibatasi oleh rambu-rambu peraturan, pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan lain-lain perangkat pengatur kerja birokrasi. Pandemi Covid-19 ini memaksa hampir semua unsur birokrasi menyesuaikan berbagai perubahan yang akan terjadi ke depan yang ditemui dengan nama “New Normal”.
Saya cukup bangga ada di gerbong Pusdiklat SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah dan sedang melakukan proses transisi penyelenggaraan pelatihan dengan metode jarak jauh (distance learning) menggunakan media digital. Banyak pengalaman baru dan menarik untuk terus diperbaiki. Saya merasa itu sudah sesuai dengn tips yang diberikan Reynald Kasali-Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesa bagi ASN yang juga penulis buku “The Great Shifting”. Empat tipsnya bagi ASN adalah: 1) mengubah mindset, 2) beralih ke paperless dan berbasis teknologi informasi, 3) kurangi aturan dan sederhanakan SOP, serta 4) perlunya ruang inonasi untuk ASN (Pikiran Rakyat, 2018).
Untuk itu mengundang instansi lain yang telah bergerak lebih dahulu adalah cara Pusdiklat SDM LHK meng-improve pergerakan di era teknologi 4.0. Ternyata beberapa instansi pemerintah telah bergerak lebih awal, sebut saja Kementerian Keuangan, BPKP, Lembaga Administrasi Negara-LAN. Ketiga institusi pemerintah ini telah melaksanakan aktivitas termasuk pendidikan pelatihan melalui media daring lebih awal. Ternyata catatan saya adalah mereka melakukan dan segera melalukan sambil belajar untuk memperbaiki.
Mereka ini telah men-declare suatu Corporate University (Corpu). BPKP dengan GIA Corpu (Govermental Internal Audit Corporate University) yang dimilikinya telah bergerak cepat. Lembaga Administrasi Negara telah banyak melakukan perubahan baik dari logo, cara kerja dan peningkatan SDM nya. Saya merasa datang ke suatu hotel ketika berkunjung ke kantor LAN. Para pegawainya selalu menyapa tamu dengan sangat siap melayani sebagaimana layaknya petugas hotel. BPKP telah beberapa tahun menerapkan metode belajar 10:20:70 dimana 10% pembelajaran terstruktur, 20% belajar dari orang lain (bisa rekan atau atasan), dan 70% adalah belajar dari pengalaman kerja. Demikian juga Kementerian Keuangan dan PT. Telkom. PT. Telkom apalagi telah bergerak lebih jauh dan start lebih awal, sekarang telah banyak produk telkom berinduk Cognitiumnya telah ada produk lain yakni, Digital Learning, Cognitium LMS, Kampiun, Cognitium Digital Studio, Cognitium Digital Library, dan Cognitium Video. Produk ini dapat disandingkan dengan google yang memiliki google search, google sheets, google doc, google calendar, gmail, dan google drive.
Lantas apa mindset shifting-nya bagi saya? Teryata mau tidak mau, bukan hanya karena dipaksa selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja, harus ikut:
- Digitalisasi semua bidang. Digital learning adalah budaya, bukan hanya cara belajar tapi juga cara bekerja dan cara berfikir. Role modeling, pimpinan tertinggi menjadi model, menjadi rektornya, direktur-direktur menjadi dekan pada jurusan-jurusan.
- Ukuran keberhasilan tidak hanya berdasarkan target strategis yang ada, namun sudah mulai menggunakan ukuran view, like, follow, subscribe, dan jumlah pengikut yang mendapatkan manfaatnya. Mengukur keberhasilan dan kebermanfaatan tidak lagi nunggu beberapa bulan atau tahun tapi satuannya sudah “menit”. Dalam satu menit berapa yang view, follow, subscribe, atau like.
- Bentuk produk yang tersedia untuk pengguna bergeser menjadi lebih banyak Video, podcast, audio podcast. Berbagai alternatif media ini disediakan untuk mengantisipasi beragam gaya belajar pengguna.
Untuk memberi keleluasaan inovasi dan kreasi, menurut Agung Nugraha-Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute, jangan buat peraturan dan pedoman terlalu detil karena akan membatasi inovasi dan kreasi itu sendiri. Namun dalam dunia birokrasi inovasi yang ditemui perlu dilegalisasi dan dipayungi agar tidak mengalami kesulitan birokrasi. Deta jantungku rasanya semakin tinggi, kaki rasanya ingin melompat dan berlari. Bisakah itu? Bisa, dengan mengikuti perkembangan aliran teknologi. Semoga***.
Bogor, 28 mei 2020; 17.21 WIB.